Skip to main content

MAUKAH KITA KEMBALI KE MASA LALU ?

KEMBALI KE MASA LALU



Oleh Nike Shinta 


Benar kata pepatah bahwa rajin akan berbuah pandai. Namun pandai belum tentu menjadikan seseorang rajin. Rajin identik dengan sesuatu yang dilakukan secara terus menerus atau yang biasa kita kenal dengan istiqomah. Berbeda dengan dia, seorang teman yang sangat pandai dalam membaca Al Quran sejak kecil. Dia yang selalu menjuarai MTQ tingkat nasional bahkan sejak TK. Prestasi tersebut ia ukir dengan sangat membanggakan. Bukan hanya untuk dia, tetapi kedua orang tuanya pun turut bangga dan sangat bahagia. Lantunan Al Quran dibacanya dengan tartil ditambah dengan suara yang sangat merdu. Dia adalah seorang perempuan yang sangat beruntung. Allah telah menjadikannya seorang yang shalihah dan da’i yang membawa kalam Allah hingga ke penjuru negeri.
Hingga suatu ketika dia beranjak dewasa dan mengenyam ilmu di sebuah universitas ternama. Kesibukan kuliah menjadikannya teramat sibuk hingga interaksi dengan Al Quran menjadi sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah dia menyentuhnya di saat tugas kuliah menumpuk dan aktivitas organisasi begitu padat. Prestasi yang dulu dibanggakan pun tinggal sejarah. Kebiasaannya membaca Al Quran pun kian memudar. Hati mulai gersang dan hidup kian dilanda masalah yang tak ada penyelesaian yang baik. Hal itu berlanjut hingga lulus kuliah dan dia bekerja pada sebuah kantor.
Kesibukannya semakin menjadi-jadi. Berbagai pekerjaan menumpuk dan seringkali mengharuskan dia lembur hingga malam. Waktunya terkuras untuk pekerjaan. Seluruh pikiran dan tenaganya dipusatkan untuk urusan duniawi. Dia berusaha untuk tidak meninggalkan ibadah wajib. Tetap melaksanakan shalat di antara kesibukannya. Tetapi membaca Al Quran, sudah bukan lagi menjadi rutinitas. Dia semakin tenggelam dengan fatamorgana dunia.
Pada titik kejenuhan yang membuncah, ada seorang teman yang mengajaknya untuk ikut program ODOJ (One Day One Juz). Dia setuju saja mengingat jiwanya sudah sangat rindu untuk kembali dengan Rabb-nya. Karena di ODOJ dituntut untuk membaca tiap hari satu juz, akhirnya dia meluangkan waktunya untuk membaca Al Quran di tengah padatnya aktivitas. Ketika dia kembali berinteraksi dengan firman Allah, hatinya bergetar. Tidak ada yang berbeda dengan makhorijul hurufnya. Pun dengan suaranya yang merdu seperti bertahun-tahun lalu. Betapa dia lupa akan masa lalunya yang indah. Lupa akan kebersamaannya dengan Al Quran bahkan hingga ke pelosok negeri. Akhirnya dia pun memutuskan untuk istiqomah di ODOJ. Tidak sulit baginya untuk membaca satu hari satu juz karena dia memberikan waktu khusus untuk membaca Al Quran di luar pekerjaannya. Dia tidak menunggu waktu luang, melainkan meluangkan waktu untuk Al Quran. Al Quran tidak menyita waktunya, justru menjadikan waktu semakin barokah. Waktunya kian bermanfaat dan tidak banyak tersita untuk dunia. Dia benar-benar merasakan waktunya sangat optimal. Waktu yang sedikit bisa digunakan untuk melakukan pekerjaan yang banyak. Luar biasa. inilah letak kebarokahan Al Quran. “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (Al Maidah: 15-16)
Dia pernah sanksi ketika seorang ustadz mengatakan bahwa membaca Al Quran harus menunggu waktu luang, yang penting setahun bisa khatam sebanyak tiga kali itu sudah cukup. Dia sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut. Seperti pengalamannya, ketika membaca Al Quran harus menunggu adanya waktu luang, maka akan sangat sulit untuk menemukannya. Meskipun ada waktu luang, itu pasti waktu sisa dengan energi yang tersisa. Pantaskah kita mempersembahkan waktu sisa kita kepada Allah sedangkan Allah memberikan segala yang terbaik untuk kita? Saatnya merenung, tidak banyak waktu yang dibutuhkan untuk membaca Al Quran. Dibanding dengan kenikmatan-Nya yang melimpah ruah, waktu kita tidak ada apa-apanya. Allah membersamai hamba-Nya yang mau berusaha. Al Quran telah mengubah jalan hidupnya. Bersama ODOJ, dia teguhkan niat untuk selalu membumikan Al Quran.

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG MAN JADDA WAJADA

Oleh Nila Rofiqoh Sumber Bisa karena biasa. Mungkin slogan itu yang selalu kupegang teguh untuk menguasai beberapa ilmu dalam kehidupan. Sampai akhirnya sebuah pelajaran berharga yang benar-benar kudapatkan. Dan bahkan sejak peristiwa itu segala hal kecil kuperhatikan supaya tak salah langkah. Semua berawal saat Dokter memvonisku untuk masa pengobatan yang harus kujalani adalah selama enam bulan tanpa putus. “Tapi kan ini tuh gak sebentar dan nanti kalo aku tiba-tiba lupa sehari gimana? Ngulang dari awal kan Dok?.” Itulah protes pertamaku ke dokter THT yang sudah menanganiku selama tiga tahun terakhir. Saat itu aku memang bukanlah anak yang  aware  dengan kondisi badan sendiri, olahraga jarang, makan terkadang ingat terkadang pun lupa, apalagi yang namanya sayur mayur ooh tidak itu salah satu yang kusisihkan pertama dipiring ketika bertemu dengannya. Tapi untungnya aku masih suka buah-buahan dan ini yang akhirnya membantuku lekas sembuh dari penyakit yang dibawa ole

ODOJ Spirit Message (OSM)

Subhanallah .... Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya di setiap penjuru. Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita. Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!! Saudaraku ... kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah... Kita berjuang bukan hanya sekadar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan surga yang kita impikan. Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu, Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timban

Mendesain Kematian

Oleh: Rochma Yulika Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita berasal. Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan tinggal.  Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan hidup kekal.  Langkah-langkah kaki dalam mengisi hari. Langkah-langkah kaki menapaki jalan Ilahi. Adalah langkah menuju kehidupan hakiki.  Janganlah merasa bahwa di dunia ini adalah tempat tinggal kita. Janganlah merasa bahwa di dunia ini kita akan hidup selamanya.  Bila kita mampu menyadari.  Bila kita mampu memahami. Bahwa yang hidup akan mati Bahwa yang hebat menjadi tak berarti. Dan semua akan kembali.  Sudahkah kita mendesign akhir hidup kita?  Sudahkah kita mengukir sejarah dengan banyak berkarya?  Sudahkah kita berjuang tuk tegakkan kalimat Nya?  Dan sudahkah kita berkorban dengan segala yang kita punya?  Seperti apa kematian kita? Rancang dari semula.  Hingga sesal tak lagi ada. Hingga mulia jadi karunia. Hingga syahid menjadi nyata. Setiap detik yang kita lalui mar