Oleh Dinda A Oktavia
Di tahun 2017 ini aku bertemu dengan seorang sahabat, dia bernama Hadia Wati, biasa ku panggil Mba Wati. Mba Wati adalah salah satu teman yang kutemui di fasil 3, beliau juga salah seorang yang juga mengampu grup Odalf. Aku tertarik pada ceritanya setelah aku melihat foto pernikahannya dan mendengar cerita tentang hubungannya dengan sang suami.
Hingga suatu saat aku berniat untuk mencari tau tentang kisah beliau melalui pesan singkat, dan Alhamdulillah beliau berkenan untuk menceritakannya. Untuk membuka pembicaraan aku bertanya tentang bagaimana beliau berhijrah hingga tergugah untuk menggunakan niqob.
Kisahnya berawal tahun 2016 saat beliau mengalami sakit.
“Sakitnya sebenarnya tidak begitu parah, tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk menyembuhkannya.” Tutur Mba Wati
Beliau perlu rutin check up kerumah sakit selama penyembuhan penyakitnya, dengan rutin datang kerumah sakit Mba Wati menyadari sesuatu bahwa ternyata masih banyak orang yang mengalami penyakit yang lebih parah.
“Disaat aku rutin ke Rumah Sakit, aku berpikir bahwa Allah masih sayang ke aku mba, ternyata masih banyak yang sakitnya lebih parah. Lalu aku berpikir, apa yang salah dengan diriku ?” tulis Mba Wati dalam pesan singkatnya
Aku merasa semakin penasaran dengan cerita Mba Wati yang menurutku luar biasa, dan Mba Wati pun sangat terbuka dalam menceritakan bagian dari hijrahnya. Beliau memulai kembali bercerita tentang hobinya yang berhubungan dengan proses hijrahnya. Beliau merupakan salah satu penggemar novel, dari ceritanya aku memahami bahwa beliau sering membaca novel menggunakan aplikasi. Beliau menggunakan waktu luang beliau untuk membaca novel dari handphone nya. Dalam aplikasi novel tersebut mba Wati menemukan sebuah novel religius, yang didalamnya membahas tentang dosa bila meninggalkan sholat fardhu.
“Banyak hal yang aku temui di novel itu mba salah satuya tentang sholat, aku tau mba kalau meninggalkan sholat memang dosa, tetapi sepenggal cerita yang kubaca tentang meninggalkan sholat membuat hatiku tersayat, aku menyadari bahwa kali ini Allah telah mengetuk pintu hatiku.” Lanjutnya dalam tulisan pesan singkat.
Dari situ aku pun mulai merasakan apa yang diceritakan Mba Wati, aku mulai masuk dalam cerita yang beliau tulis melalui percakapan Whatsapp tersebut, aku kembali membaca tulisan beliau, beliau merasakan anugrah dan hidayah yang luar biasa yang Allah berikan. Beliau merasa hal tersebut adalah hadiah terindah yang Allah berikan kepadaya.
“Allah memberikan Hidayah yang luar biasa, ma syaa Allah hidayah itu adalah hadiah terindah yang pernah aku dapat, nikmatnya ya Allah.
Beliau kembali menuliskan ceritanya, beliau merasa pada awal perjalanan hijrahnya terasa berat, beliau merasa bingung dan aneh. Lingkungan sekitar beliaupun tidak dapat digunakan untuk belajar, beliau merasa sangat membutuhkan teman yang dapat membimbing beliau untuk memperbaiki diri dan istiqomah dalam hijrahnya.
Setelah saat itu Mba Wati memutuskan untuk mengikuti program ODOJ, setelah mengikuti program ODOJ beliau merasa lebih baik, beliau merasa menemukan tempat yang dapat mengubah beliau untuk menjadi lebih baik.
“Mengikuti ODOJ berperan penting dalam proses hijrah aku, disana aku medapat ilmu yang luar biasa bermanfaat. Aku belajar untuk istiqomah dalam membaca Al Quran, padahal dulu kalo membaca Al Quran hanya malam jumat saja.” Tulisnya sambil menyertakan emoji menangis.
Setelah beberapa bulan bergabung di ODOJ pun beliau membuat suatu keputusan besar yaitu menggunakan niqob atau cadar, walaupun saat bekerja di kantor beliau tidak menggunakannya, tetapi saat dilain waktu selain waktu bekerja beliau istiqomah memakai cadar. Keputusan yang menurutku besar dan sangat luar biasa. Buatku ini adalah sebuah bukti bagaimana ODOJ bisa merubah hidup seseorang dan membantu sesorang untuk terus berubah menjadi lebih baik.
Dan hijrah mba Wati pun mengantarnya bertemu seorang tambatan hati, kisah pertemuanya diawali pada akhir bulan januari 2017. Beliau dikenalkan oleh seorang temannya dan menjalani ta’aruf. Pada awal bulan Februari calon suami Mba Wati datang kerumah dan bertemu kedua orang tuanya, pada saat itulah beliau bertemu pertama dengan sang calon suami.
“Pertama kali dia datang kerumah dan pertama kali juga aku ketemu dia, saat dia bilang mau serius sama aku bapakku tidak langsung setuju, kalau mau nunggu aku wisuda atau nunggu abangku menikah.” Tulisnya yang membuatku tersenyum.
“Tapi menurutku dia baik, berani dan tidak neko-neko karena langsung mau serius. Setelah beberapa kali dia datang kerumah, Alhamdulillah akhirnya bapak setuju.” Tuturnya disertai emoji tersenyum.
Sejak saat itu akhirnya beliau menikah setelah mantab berhijrah dan pengenalan melalui ta’aruf. Setelah menikah beliau memutuskan juga untuk mantap menggunakan cadar dan keluar dari pekerjaanya, agar beliau lebih istiqomah di jalan dakwah dan menjadi istri yang shaliha. Beberapa bulan berlalu setelah aku membaca cerita beliau via pesan singkat aku mendengar kabar bahwa beliau sedang mengandung anak pertamanya. Dari kisah Mba Wati aku memahami bahwa ODOJ adalah salah satu perantara seseorang untuk berhijrah dan menjadi lebih baik. ODOJ juga dapat mengubah pola pikir bahwa hijrah bukan berarti mematikan rezeki tetapi malah membukakan rezeki dari pintu-pintu yang tidak terduga sebelumnya.
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ يُّهَاجِرْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ يَجِدْ فِى الْاَرْضِ مُرٰغَمًا كَثِيْرًا وَّسَعَةً ؕ وَمَنْ يَّخْرُجْ مِنْۢ بَيْتِهٖ مُهَاجِرًا اِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ اَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di Bumi ini tempat hijrah yang luas dan (rezeki) yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh, pahalanya telah ditetapkan di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. An-Nisa': Ayat 100)
Comments
Post a Comment