Skip to main content

INI CERITAKU DI ODOJ, MANA CERITAMU?

INI PENGALAMANKU, MANA CERITAMU?



Oleh : Wardatul Aini
Sumber

Kawan, katamu untuk apa gabung ODOJ? Tilawah kok harus dilapor. Apa tidak takut riya? Atau sering juga kudengar ada yang berkilah, “Aku belum terbiasa tilawah satu juz, kalau gabung ODOJ khawatir tidak sempat tilawah, nanti yang ada aku tidak amanah.”
Tahukah kawan? Waktu yang kita punya sama banyaknya. Aku, kamu, dia. Di mana saja kita berada kapasitas waktu yang kita miliki tetaplah sama. Dua puluh empat jam dalam sehari serta tujuh hari dalam seminggu. Barangkali selama ini kita belum baik dalam hal mengatur waktu.
Aku juga demikian, dulu sempat menolak ketika diajak bergabung. Tapi, ternyata nge-ODOJ itu keren, loh. Inilah sekelumit cerita yang mampu kurangkum setelah menapak bersama ODOJ.
Sudah kenal belum sama ODOJ?
Sudah kenal belum sama ODOJ? Kalau belum yuk kenalan dulu.
ODOJ adalah komunitas yang mengajak siapa saja untuk bertilawah satu juz setiap harinya. Siapapun kita, apapun pekerjaan yang kita jalani, tanpa memandang usia, target satu juz setiap harinya harus dituntaskan.
Aku khawatir tidak bisa!
Pikiran itu sempat terlintas, bahkan aku mendiamkan ajakan teman kala itu untuk bergabung di-ODOJ. Khawatir tidak bisa menuntaskan jatah juz pada hari tersebut. Untuk bisa tilawah satu juz setiap harinya memang tidak mudah. Apalagi jika belum terbiasa, atau sebelumnya hanya tilawah satu atau dua lembar saja. Tetapi, jika dibarengi tekad dan kemauan, pelan-pelan insya Allah bisa.
Berbekal cerita yang kudengar tentang bagaimana keseruan yang terjadi di grup ODOJ, saling sapa, memotivasi, berbagi ilmu, aku mulai tertarik melirik ODOJ. Banyak juga artikel berisi perjalanan para ODOjers tentang bagaimana perjalanan yang mereka lalui sebeum dan sesudah bergabung di ODOJ. Dengan sedikit keraguan yang masih tersisa, aku meminta si teman untuk mendaftarkan namaku. Agak berat di awal, tetapi lama-lama akan ada ketidaknyamanan yang akan menghadirkan kerinduan untuk segera menuntaskan juz pada hari itu. Tidak juga kuingkari adakalanya rasa malas hinggap kembali, tetapi inilah gunanya kita bersama, Kawan. Saling mengisi, berbagi dan menginspirasi.
Tilawahkan bisa sendiri? Kenapa harus beramai-ramai dan gabung komunitas?
Jika ada yang bilang, “Kenapa sih harus gabung ODOJ? Tilawahkan bisa sendiri  kenapa juga harus laporan. Nanti tilawahnya jadi tidak ikhlas, tilawahnya hanya karena mau lapor doang. Mending sendiri saja.”
Kalau aku sih ambil positifnya saja, ya. Jika dengan bersama kita bisa lebih semangat, why not! Bukankah setan itu akan selalu menggoda orang-orang yang sendiri? Yakin dengan sendiri tilawah satu juz tetap jalan? Atau justru godaan membuat kita justru memberi kelonggaran pada diri untuk mengulur-ngulur waktu, “Ah, nanti saja!” sehingga hari itu berlalu tanpa tilawah satu lembarpun. Nah, kalau begini jadinya gimana, Kawan?
Sisi positif lainnya menurutku, dengan bergabung ke komunitas ODOJ kita jadi punya kewajiban dan deadline. Maksudnya kita memiliki kewajiban melapor setiap hari apakah juz tersebut kita lahap habis atau keteteran melewati deadline yang sudah ditentukan. Dengan begitu kita juga belajar menjadi pribadi bertanggung jawab. Bukankah itu menarik, Kawan?
Dengan bersama semangat ikut membara.
Adakalanya jenuh menguasai diri. Ada masa di mana kita berusaha menyendiri. Sayangnya, kesendirian sering membuat kita berlarut-larut sehinggaa kuantitas iman semakin menurun. Kita butuh teman yang bisa membangkitkan kembali semangat yang mulai kendur, sehingga grafik keimanan yang telah menurun bisa naik kembali.
Di grup ODOJ ini aku banyak belajar tentang semangat yang dikobarkan oleh para anggota di grupku. Ada di antara mereka yang bukan saja sudah bekerja, tetapi ada yang sudah berkeluarga. Dengan segudang aktivitas, menyelesaikan pekerjaan, mengurus keluarga, merawat anak, tetapi semangat tilawah mereka sungguh luar biasa. Bahkan, sering mereka menyelesaikan juz hari itu di awal waktu.
Inilah satu batu loncatan yang membuat semangat diri ikut membara. Mereka saja bisa, kenapa aku tidak? Padahal waktu pertama bergabung ODOJ aku masih kuliah, belum banyak beban yang harus kuemban. Tetapi, kenapa aku justru tidak bisa dengan sangat banyak waktu luang yang kupunya?
Tidakkah ada rasa cemburu (cemburu dalam hal kebaikan) yang timbul saat melihat orang lain melakukan lebih dari kita? Dengan kapasitas waktu yang sama, jika mereka saja bisa, aku juga harus berjuang!
...Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.  (Ali Imran: 159)

 “Kita bisa jika kita mau. Jangan sampai pemikiran yang berlebihan terhadap sesuau membuat kaki terhambat dalam melangkah.”


So, masih takut gabung ODOJ?

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG MAN JADDA WAJADA

Oleh Nila Rofiqoh Sumber Bisa karena biasa. Mungkin slogan itu yang selalu kupegang teguh untuk menguasai beberapa ilmu dalam kehidupan. Sampai akhirnya sebuah pelajaran berharga yang benar-benar kudapatkan. Dan bahkan sejak peristiwa itu segala hal kecil kuperhatikan supaya tak salah langkah. Semua berawal saat Dokter memvonisku untuk masa pengobatan yang harus kujalani adalah selama enam bulan tanpa putus. “Tapi kan ini tuh gak sebentar dan nanti kalo aku tiba-tiba lupa sehari gimana? Ngulang dari awal kan Dok?.” Itulah protes pertamaku ke dokter THT yang sudah menanganiku selama tiga tahun terakhir. Saat itu aku memang bukanlah anak yang  aware  dengan kondisi badan sendiri, olahraga jarang, makan terkadang ingat terkadang pun lupa, apalagi yang namanya sayur mayur ooh tidak itu salah satu yang kusisihkan pertama dipiring ketika bertemu dengannya. Tapi untungnya aku masih suka buah-buahan dan ini yang akhirnya membantuku lekas sembuh dari penyakit yang dibawa ole

ODOJ Spirit Message (OSM)

Subhanallah .... Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya di setiap penjuru. Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita. Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!! Saudaraku ... kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah... Kita berjuang bukan hanya sekadar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan surga yang kita impikan. Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu, Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timban

Mendesain Kematian

Oleh: Rochma Yulika Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita berasal. Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan tinggal.  Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan hidup kekal.  Langkah-langkah kaki dalam mengisi hari. Langkah-langkah kaki menapaki jalan Ilahi. Adalah langkah menuju kehidupan hakiki.  Janganlah merasa bahwa di dunia ini adalah tempat tinggal kita. Janganlah merasa bahwa di dunia ini kita akan hidup selamanya.  Bila kita mampu menyadari.  Bila kita mampu memahami. Bahwa yang hidup akan mati Bahwa yang hebat menjadi tak berarti. Dan semua akan kembali.  Sudahkah kita mendesign akhir hidup kita?  Sudahkah kita mengukir sejarah dengan banyak berkarya?  Sudahkah kita berjuang tuk tegakkan kalimat Nya?  Dan sudahkah kita berkorban dengan segala yang kita punya?  Seperti apa kematian kita? Rancang dari semula.  Hingga sesal tak lagi ada. Hingga mulia jadi karunia. Hingga syahid menjadi nyata. Setiap detik yang kita lalui mar