Skip to main content

Keajaiban Hidup Bersama Al Quran [Cerita Pengalaman]

One Day One Juz



Berinteraksi dengan Al Quran tak lain seperti kita sedang bercengkerama dengan Allah. Bercakap – cakap dengan Nya dan terasa sangat dekat sekali komunikasi kita dengan yang Maha Kuasa. Ada banyak keajaiban yang aku dapatkan kala semakin aku masuk ke dalam komunitas ODOJ ini. Bukan sekedar jadi member tapi aku pun awalnya bergabung menjadi staff departemen quality control. Hingga sekarang diminta menjadi kabiro tausyiah rutin.

Sebuah keyakinan yang besar ada dalam diri ini. Siapa saja yang menolong agama Allah niscaya Allah akan memberikan pertolongan padanya. Sangat banyak karunia yang Allah telah berikan kepadaku yang tak mampu aku sebut satu per satu. Namun ada hal yang luar biasa aku alami ketika aku sakit.

Selasa tanggal 4 februari 2014 aku mulai sakit. Awalnya aku pikir sakit demam biasa. Dan aku tak mau dibawa ke rumah sakit. Sakit itu berlangsung hingga hari jumat. Malam harinya masih sakit demam ditambah sesak dan nyeri di tulang – tulang semua. Aku pun mau dibawa ke rumah sakit. Sesampai di UGD dokter bilang aku harus rawat inap.
Malam sabtu itu juga aku masuk ke ruang VIP Rumah sakit di Jogya. Aku memilih VIP karena kadang anak – anak ingin ikut nunggu. Lagian kalo pake askes paling nambah selisih pikirku saat itu. Hari berganti hingga saat itu tiba hari ketiga. Dokter belum berani menyebut aku sakit apa. Hanya bilang virus yang menyerang lambung. Pikiranku ketika sakit hanya pada ahad kemungkinan yakni sembuh atau aku tiada.
Sehabis magrib aku selalu tilawah, karena aku ingin merasa PEDE aja ketika Izrail mendatangiku. Malam harinya mataku sedikit basah. Kuingat segala khilafku. Aku pun berazam, “Ya Rabb ijinkan aku mewakafkan diri yang hina ini untuk menegakkan kalimatmu, beri aku kesempatan waktu yang panjang untuk jalankan amanah itu.” Kala aku sakit sesekali aku tetap support member untuk khalas dan khatam.

Subhanallah aku bahagia kala itu. Paling tidak ketika aku tiada ada sedikit kebaikan yang aku ukir. Sampe tiba hai senin dokter menyampekan ternyata aku kena gejala typus. Aku bersyukur sudah tahu penyakitku. Dokter pun bilang jika selasa sudah mulai membaik boleh pulang. Alhamdulillah. Selasa hari yang aku nantikan telah tiba. Kehadiaran dokter aku tunggu. Akhirnya benar – benar selasa siang aku boleh pulang.

Abi bilang padaku kalau pulang setelah dhuhur saja. Aku pun sepakat. Tapi, jam 11 aku kurang sabar menunggu abi. Aku pun bangkit dengan berjalan agak gontai menuju kasir. Sesampai di kasir aku bertanya, “pak berapa selisih biaya yang harus saya bayar?” Kasir pun menjawab, “sebentar bu, ibu tunggu saja, nanti kita kabari.” Aku pamit mau ke kamar karena masih sangat lemah.
Kembali aku berjalan gontai menuju kamar. Baru setengah jalan terdengan namaku dipanggil oleh kasir. Otomatis aku balik lagi. Baru sampai di depan loket. Tiba – tiba kasir bilang sambil menyodorkan selembar kertas kecil, “ini bu surat keterangan ibu boleh keluar dari rumah sakit. Nanti tolong berikan ke perawat ya,” pesan kasir itu padaku.
Sedikti aku bertanya tentang berapa yang aku bayarkan, spontan pula kasir itu jawab, “sudah tercover,bu.”
Karena kepalaku masih pusing, tubuh lemas tanpa banyak tanya aku kembali ke kamarku. Tak lama suamiku datang, sekedar bertanya berapa selisih biaya aku merasa enggan untuk menjawab kala itu. Pikiranku hanya pulang dan rumah.

Sampelah siang itu aku dirumah. Tak berapa lama abi pamit keluar sebentar untuk transaksi di bank. Kemudian pergilah abi menyelesaikan urusannya. Sekitar ashar beliau datang. Kemudian barulah aku berkesempatan untuk berbagi cerita. Perlahan aku bilang sama abi, jika tadi di rumah sakit tadi sama sekali tidak membayar. Abi terperancat. Abi menceritakan sebelum menjemputku di kamar katanya mampir ke kasir. Dan jawaban kasir, “maaf pak sudah dibayar semua dan bapak ditunggu ibu di kamar.” Mendengar jawaban itu abi berpikir akulah yang bayar.

Allahu a’lam siapa yang membayar selisih biaya rumah sakit itu. Dan aku pun tidak diberikan rincian biaya dari rumah sakit. Dan sampai hari ini keadaanku semakin baik. Tidak ada yang tidak mungkin bila kita hidup bersandar pada Allah. Semoga siapa saja yang berkenan memberikan biayaaku doakan beliau selalu mendapatkan rahmat dari Allah. Atau apakah ada malaikat utusan Allah? Aku hanya mampu berserah pada kehendakNya. Semoga kita bisa mengambil hikmah cerita ini. Aamiin.
Dan sampai sekarang aku tak pernah tau seperti apa rekapan biaya rumah sakitku. Allahu a’alam bisshawwah.

Sebulan kemudian giliran abi yang kecelakaan harus operasi. Tapi aku yakin Allah tak biarkanku. Allah menguji keimananku dan aku percaya. Alhamdulillah biaya operasi tangan kiri abi lancar dan Allah sudah menjamin dengan kemudahan. Dan saat itu aku juga tak mengeluarkan biaya juga. Allahu akbar.

Rochma Yulika
Penulis buku Pro U media. Guru SD IT Luqman Al Hakim Yogyakarta

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG MAN JADDA WAJADA

Oleh Nila Rofiqoh Sumber Bisa karena biasa. Mungkin slogan itu yang selalu kupegang teguh untuk menguasai beberapa ilmu dalam kehidupan. Sampai akhirnya sebuah pelajaran berharga yang benar-benar kudapatkan. Dan bahkan sejak peristiwa itu segala hal kecil kuperhatikan supaya tak salah langkah. Semua berawal saat Dokter memvonisku untuk masa pengobatan yang harus kujalani adalah selama enam bulan tanpa putus. “Tapi kan ini tuh gak sebentar dan nanti kalo aku tiba-tiba lupa sehari gimana? Ngulang dari awal kan Dok?.” Itulah protes pertamaku ke dokter THT yang sudah menanganiku selama tiga tahun terakhir. Saat itu aku memang bukanlah anak yang  aware  dengan kondisi badan sendiri, olahraga jarang, makan terkadang ingat terkadang pun lupa, apalagi yang namanya sayur mayur ooh tidak itu salah satu yang kusisihkan pertama dipiring ketika bertemu dengannya. Tapi untungnya aku masih suka buah-buahan dan ini yang akhirnya membantuku lekas sembuh dari penyakit yang dibawa ole

ODOJ Spirit Message (OSM)

Subhanallah .... Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya di setiap penjuru. Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita. Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!! Saudaraku ... kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah... Kita berjuang bukan hanya sekadar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan surga yang kita impikan. Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu, Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timban

Mendesain Kematian

Oleh: Rochma Yulika Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita berasal. Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan tinggal.  Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan hidup kekal.  Langkah-langkah kaki dalam mengisi hari. Langkah-langkah kaki menapaki jalan Ilahi. Adalah langkah menuju kehidupan hakiki.  Janganlah merasa bahwa di dunia ini adalah tempat tinggal kita. Janganlah merasa bahwa di dunia ini kita akan hidup selamanya.  Bila kita mampu menyadari.  Bila kita mampu memahami. Bahwa yang hidup akan mati Bahwa yang hebat menjadi tak berarti. Dan semua akan kembali.  Sudahkah kita mendesign akhir hidup kita?  Sudahkah kita mengukir sejarah dengan banyak berkarya?  Sudahkah kita berjuang tuk tegakkan kalimat Nya?  Dan sudahkah kita berkorban dengan segala yang kita punya?  Seperti apa kematian kita? Rancang dari semula.  Hingga sesal tak lagi ada. Hingga mulia jadi karunia. Hingga syahid menjadi nyata. Setiap detik yang kita lalui mar