Skip to main content

[Hikmah Hidup] Sepenggal Mukjizat Kebesaran Ilahi Dalam Hidupku

By Ummu Fatum (Sumeera)

Bismillahi rahmanirahim

Keputusan untuk jadi full housewife demi ridho suami dan tak mau anak ku nanti kurang kasih sayang sepert yang ku alami. Tinggal dirumah mertua yang tradisi dan budaya yang berbeda sangatlah tidak mudah tapi kembalikan ke niat yaitu semata – mata untuk ibadah walaupun harus dilalui dengan jatuh bangun insya  Allah tetap jalan. Belum genap 4 bulan menikah alhamdulillah suami dapat kerja di Saudi tapi harus menunggu proses lebih dari setahun untuk bisa dibawa ke Saudi. Dan waktu yang saya nantikan datang untuk tinggal bersama dengan suami tercinta. Alhamdulillah walau dengan hidup sederhana kami bahagia menyusul kelahiran putri kami yang setelah 4 tahun kami tunggu. Sebelumnya saya sempat dua kali keguguran. Kehamilan ketiga, dokter mengatakan hal yang sama, bahwa janin tidak berkembang dan harus dikuret. Ya Allah, ku menangis untuk menguatkan hatiku, alhamdulillah suami dan sahabatku selalu menguatkanku. Ku putuskan untuk tidak ke dokter dan cukup dengan tahajud di sertai doa dan tilawah.

Perjalanan menunggu buah hati lahir, bersamaan itu suami kena PHK tapi alhamdulillah masih bisa part time. Usia kehamilan menginjak 5 bulan, aku beranikan USG ke rumah sakit lain dan alhamdulillah semuanya normal. Dan suami selalu meyakinkan bahwa setiap anak membawa rizkinya masing – masing. Alhamdulillah sebelum melahirkan suami dapat kerja dan diberikan fasilitas mobil. Kebahagian kami datang, anak kami lahir dengan selamat dan masya Allah cantik. Setelah bisa berdiri kami liburan ke India. Sepulang dari sana saya sakit –sakitan kami pikir batuk pilek biasa tapi tiap hari demam tinggi dan dokter pun tidak tahu pasti penyakit apa yang aku derita.
Hari berganti bulan, kondisiku semakin kurus dan kadang sampai pingsan. Demam dan sakit kepala yang parah dan penyakit tak terdeteksi tidak membuatku meninggalkan kewajiban seorang istri dan ibu. Kondisi seperti ini berlangsung sampai beberapa bulan. Puncaknya ketika aku pingsan dibawa ke rumah sakit swasta dan sampa sana saya koma.
Test CT scan dan MRI dilakukan tapi mereka tidak tahu pasti penyakitnya dan angkat tangan. Di saat suami pasrah dengan semuanya, kakak ipar menghubungi dokter kenalannya dan menceritakan kondisiku. Beliau profesor dokter yang sekaligus dokter di univ. Kedokteran milik kerajaan Saudi. Hari itu, beliau akan pergi ke amerika dan akhirnya dibatalkan. Suami dan kakak ipar mentransfer saya ke rumah sakit tempat beliau bekerja. Yang mana sebenarnya saya tidak punya akses untuk di rawat di rumah sakit tersebut. Dikarenakan yang berhak di rawat hanya warga negara Saudi atau warga negara asing yang kerja untuk kerajaan. Sedangkan suami kerja di swasta. Atas referensi beliau saya dimasukkan sebagai kerabat dokter yang bekerja di situ. Alhamdulillahnya saya mendapatkan fasilitas vip dan tim dokter khusus yang diketuai profesor dokter muslim dari amerika.

Alhamdulillah penyakitku teridentifikasi, TB Meningitis stadium lanjut. Mereka memberitahu, kalo keadaan saya bisa bertahan 48 jam kecuali Allah berkehendak lain. Putriku baru umur 20 bulan, suami pasrah, kerabat suami yang di Saudi ada 6 orang. Mereka langsung hunting dari masjid ke masjid untuk mohon doa kesembuhan ku. Di India pun diadakan buka bersama dengan fakir dan kerabat. Mereka berkeliling dari masjid ke masjid titip doa. Suami menceritakan ke saya kalo saya di rawat sejak minggu pertama bulan ramadhan. Bangun dari koma setelah seminggu tapi dalam keadaan amnesia. Suami pun tak kukenali, akhirnya dokter minta untuk membawa putriku diperlihatkan dari luar kaca isolator. Reaksi pertama ku menitikkan air mata, walau tak bisa berkata sepatah kata pun. Dokter memberitahu kalo ada harapan ingatanku bisa pulih. Aku sadar dari koma di malam 21 ramadhan lailatul qadar. Allahu akbar.

Hari – hari berikutnya aku lalui dengan terapi karena sempat lumpuh. Satu bulan di ICU dan hampir empat bulan diruang perawatan dengan bill yang mencapai ratusan juta, alhamdulilah semuanya free. Sekarang kalo ada efek dari obat – obat dosis tinggi yang membuat saya rentan sakit kecil, insya Allah saya tetap tersenyum. Dibanding dengan rahmat Allah memberi kesempatan hidup yang ke dua. Berjalan waktu, saya dipertemukan teman yang mengenalkan saya dengan ODOJ.  Selanjutnya saya bergabung dengan komunitas kajian OL hamba Allah dan dipercayai menjadi pengurus. Saya sangat bersyukur bisa bertemu orang – orang hebat disini para asatidz senior dan bisa belajar banyak dari mereka. Melalui komunitas tersebut, ilmu saya yang masih dangkal sedikit demi sedikit bertambah ilmu keagamaan.

Jazakumullah katsiran untuk bu Rusni (pendiri kajian OL HA), mbak rochma yulika dan umi dewiku yang selalu kasih semangat dan antum semua.
Oleh karena itu jangan pernah putus berdoa dan selalu percaya bahwa Allah memberi hal yang terbaik dibalik cobaan-Nya.

Semoga bermanfaat


Love you all. 

Comments

Popular posts from this blog

TENTANG MAN JADDA WAJADA

Oleh Nila Rofiqoh Sumber Bisa karena biasa. Mungkin slogan itu yang selalu kupegang teguh untuk menguasai beberapa ilmu dalam kehidupan. Sampai akhirnya sebuah pelajaran berharga yang benar-benar kudapatkan. Dan bahkan sejak peristiwa itu segala hal kecil kuperhatikan supaya tak salah langkah. Semua berawal saat Dokter memvonisku untuk masa pengobatan yang harus kujalani adalah selama enam bulan tanpa putus. “Tapi kan ini tuh gak sebentar dan nanti kalo aku tiba-tiba lupa sehari gimana? Ngulang dari awal kan Dok?.” Itulah protes pertamaku ke dokter THT yang sudah menanganiku selama tiga tahun terakhir. Saat itu aku memang bukanlah anak yang  aware  dengan kondisi badan sendiri, olahraga jarang, makan terkadang ingat terkadang pun lupa, apalagi yang namanya sayur mayur ooh tidak itu salah satu yang kusisihkan pertama dipiring ketika bertemu dengannya. Tapi untungnya aku masih suka buah-buahan dan ini yang akhirnya membantuku lekas sembuh dari penyakit yang dibawa ole

ODOJ Spirit Message (OSM)

Subhanallah .... Berjuang dalam jamaah kebaikan itu menyenangkan apalagi didalamnya ada ruh-ruh kebaikan yang memompanya di setiap penjuru. Namun dari semangat-semangat kebaikan yang kita tebarkan itu, perlu kita waspadai ada virus-virus yang menyusup dalam amal sholeh kita. Ya virus itu adalah niat kita, ya niat kita ... !!! Saudaraku ... kita berjuang bukan ingin dipuji dan disanjung bak pahlawan yang namanya harum tercetak dalam sejarah. Karena jika niat kita sudah melenceng maka sejatinya kita sedang mengumpulkan bahan bakar kita sendiri. Naudzubillah... Kita berjuang bukan hanya sekadar ingin memperbaiki akhlak atau memiliki peran kebaikan dalam sebuah negara, melainkan kita ingin berjuang untuk kebenaran Islam yang haq dan perjuangan itu menjadi jembatan surga yang kita impikan. Biarlah sebagian mereka melemparkan cacian dan hujatan diatas kebenaran yang menjadi pilihanmu, Tangkaplah cacian dan hujatan itu menjadi kumpulan puing-puing yang mampu meringankan timban

Mendesain Kematian

Oleh: Rochma Yulika Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita berasal. Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan tinggal.  Ingatlah pada sebuah kampung di mana kita akan hidup kekal.  Langkah-langkah kaki dalam mengisi hari. Langkah-langkah kaki menapaki jalan Ilahi. Adalah langkah menuju kehidupan hakiki.  Janganlah merasa bahwa di dunia ini adalah tempat tinggal kita. Janganlah merasa bahwa di dunia ini kita akan hidup selamanya.  Bila kita mampu menyadari.  Bila kita mampu memahami. Bahwa yang hidup akan mati Bahwa yang hebat menjadi tak berarti. Dan semua akan kembali.  Sudahkah kita mendesign akhir hidup kita?  Sudahkah kita mengukir sejarah dengan banyak berkarya?  Sudahkah kita berjuang tuk tegakkan kalimat Nya?  Dan sudahkah kita berkorban dengan segala yang kita punya?  Seperti apa kematian kita? Rancang dari semula.  Hingga sesal tak lagi ada. Hingga mulia jadi karunia. Hingga syahid menjadi nyata. Setiap detik yang kita lalui mar